Simpati

Seusai aku membeli makanan untuk berbuka puasa aku menanti kedua temanku di ujung perempatan jalan banyak kendaraan mondar-mandir dan orang berjalan kaki seraya ingin cepat-cepat sampai ke tujuannya masing-masing. Tak heran banyak yang tidak mau mengalah karena ego yang terlalu kuat. Terlepas dari itu ketemui bapak-bapak yang meminta-minta tetapi tidak menyanyi hanya saja menggoyangkan benda yang mengeluarkan bunyi, bunyi yang di hasilkan juga tak seindah alat music pada umumnya. Hanya saja orang lain merasa iba dan memberikan beberapa rupiah untuknya. Kadang aku merasa bingung kenapa hanya seperti  itu saja ia bisa mendapatkan beberapa lembar uang memang tak banyak tetapi lumayan kalau di kumpulkan dan berpindah-pindah. Bapak itu tidak buta bahkan tidak pincang masih lumayan tetapi agak lusuh. Kudapati bapak itu menyebrang jalan setelah ada di belakang tadi dia mulai membunyikan benda itu dan tak lama mba berbaju hijau menghampiri dan memberikannya uang lalu bapak itu pergi dan hendak menyebrang lagi lalu sebelum ia menyebrang ia membantu 2 orang menaiki sepeda motor yang hendak menyebrang juga. Di balik bapak itu menjadi seorang peminta-minta ternyata bapak itu juga berhati baik yang ingin membantu orang lain.
Untuk membantu orang lain tak harus melihat siapa orang yang hendak kita tolong mau dia cantik, ganteng, jelek, kaya, bahkan miskin seklipun tetapi itu tidak terlalu penting yang penting adalah seberapa besar  rasa simpati kita terhadap orang lain. Karena tak jarang banyak sekali kebanyakan dari kita sudah menghilangkan rasa simpati itu. Mementingkan diri acuh tak acuh pada orang lain.

Jadi untuk saat ini selagi umur kita masih ada lakukan yang terbaik jangan acuhkan orang lain. Dan selamat berbuka puasa hari ke 7 semoga berkah walaupun hari ini saya sedang tidak berpuasa. 

Comments